SEKTOR PERTANIAN
PEREKONOMIAN INDONESIA#
(EVA KARLA)
NUR RUCHYATUL JANNAH
PURNAMA SARI
NPM: (26213629)
KELAS:1EB04
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2013/2014
SEKTOR PERTANIAN
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku
industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak
(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe,
atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Tidak perlu di ragukan lagi bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi agraris
yang sempurna, memberikan ruang seluas-luasnya untuk memanfaatkan potensi
pertanian tersebut. Ketergantungan kita pada pertanian sangat tinggi sebab
hampir seluruh kegiatan perekonomian kita berpusat di sektor terbesar itu.
Pengentasan kemiskinan dan juga pencapaian ketahanan pangan merupakan sasaran
tujuan pembangunan maka tak pelak lagi bila pembangunan sektor
pertanian merupakan satu cara pencapaian tujuan tersebut.
Bagian terbesar penduduk dunia
bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian
hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan,
karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah
Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya
menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto .
*
BENTUK-BENTUK PERTANIAN DI INDONESIA
1.
Sawah
Sawah
adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan
banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah
pasang surut.
2.
Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan
air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan
dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan
irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan
akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
3.
Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya
dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk
ditanami tanaman pertanian.
4.
Ladang
Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan
hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami,
maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur
atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
*
BEBERAPA HASIL-HASIL PERTANIAN DI INDONESIA
1.
Pertanian
Tanaman Pangan
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Ubi Jalar
- Ketela Pohon
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Ubi Jalar
- Ketela Pohon
2.
Pertanian
Tanaman Perdagangan
- Kopi
- Teh
- Kelapa
- Karet
- Kina
- Cengkeh
- Kapas
- Tembakau
- Kelapa Sawit
- Tebu
- Kopi
- Teh
- Kelapa
- Karet
- Kina
- Cengkeh
- Kapas
- Tembakau
- Kelapa Sawit
- Tebu
*
KRITERIA MENTERI PERTANIAN INDONESIA
1. Berlatar belakang pendidikan
pertanian serta menguasai ilmu pertanian terapan dan teknis.
2. Berani turun secara langsung
kelapangan melihat kondisi permasalahan pertanian di Indonesia.
3. Mampu menjadikan pertanian sebagai
leading sector perekonomian bangsa.
4. Bersedia berkomunikasi dan
bekerjasama serta mengikutsertakan petani, mahasiswa, institusi, dan instansi
pertanian dalam pengambilan kebijakan.
5. Membuat dan mampu mengawal
kebijakan-kebijakan yang berpihak pada upaya pembangunan pertanian dan
kepentingan petani.
6. Berpengalaman dan berdedikasi di
bidang pertanian.
7. Memiliki track record yang baik
(tidak pernah terlibat kasus hukum).
8. Loyal terhadap pemerintah dan NKRI.
9. Mewujudkan program wilayah bebas
korupsi (wbk) di Departemen Pertanian.
10. Berani bertindak cepat dan tepat
dalam mengambil keputusan untuk kemajuan pertanian Indonesia.
11. Mampu mewujudkan kedaulatan pangan
di Indonesia pada tahun 2014.Berani membuat program peningkatan kesejahteraan
untuk petani.
12. Berani membuat kebijakan bersama
dengan Departemen Pendidikan Nasional agar dunia pendidikan pertanian lebih
diperhatikan dan maju.
*
PERMASALAHAN SEPUTAR PERTANIAN
Pembangunan sektor pertanian bukan suatu hal mudah. Ada banyak hal sesungguhnya yang menjadi permasalahan misalnya masih rendahnya pengetahuan petani atas akses informasi dan teknologi, permasalahan lemahnya akses modal, juga dapat berupa investasi yang dimiliki oleh petani yang kurang. Hal ini menjadi sangat kontras sementara pertanian mendominasi hampir setiap segi perekonomian, misalnya dalam penyerapan tenaga kerja.
Sebenarnya permasalahan tersebut diatas bukan temuan baru, masalah ini sudah sejak lama ada sejalan dengan keberadaan pertanian itu sendiri. Terkait dengan hal tersebut sesungguhnya pemerintah telah meluncurkan berbagai program yang mendukung petani.misalnya dalam hal peningkatan produksi pangan dikembangkan lewat balai pengkajian dan penelitian pertanian tentang teknologi tepat guna dan pengembangan benih-benih unggulan berpotensi.
Keberhasilan
pencapaian sasaran peningkatan pembangunan sektor pertanian tidak dapat di raih
dengan kemauan di satu pihak saja misalnya dari pemerintah saja. Perlu kiranya
ada kerjasama dengan berbagai kalangan yang berkecimpung langsung di bidang
pertanian baik itu dari lembaga peneliti, ilmuan, inovator, kalangan akademic,
maupun pihak swasta sebagai kalangan industri. Kerjasama yang harmonis,
kolaborasi yang solid seluas-luasnya dapat memecahkan kebuntuan masalah
pertanian yang dihadapi.
Kita masih ingat
di era orde lama kita pernah berjaya dengan swasembada beras yang mendapat
apresiasi luar biasa dari negara luar. Kita mampu keluar dari krisis pangan
saat itu.
Sayangnya kondisi itu tidak berlanjut. Kita tidak mampu mempertahankan kebanggaan dan prestasi tersebut. Padahal bukankah bangsa yang jaya bermula dari kemandirian negara itu sendiri, kemandirian pangan dan kreatifitas rakyatnya, serta kolaborasi yang apik dari berbagai sektor.
Sayangnya kondisi itu tidak berlanjut. Kita tidak mampu mempertahankan kebanggaan dan prestasi tersebut. Padahal bukankah bangsa yang jaya bermula dari kemandirian negara itu sendiri, kemandirian pangan dan kreatifitas rakyatnya, serta kolaborasi yang apik dari berbagai sektor.
Sektor pertanian masih memegang
peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat
dijadikan alasan.
Pertama, Indonesia
merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan
Iptek muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum
memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang
berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia
sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang
berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar
domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.
Kedua, menurut
proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan
sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini merupakan tantangan
berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran
produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya yang
terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa
lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan
dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri
bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, walaupun kontribusi sektor pertanian bagi output nasional masih relatif kecil dibandingkan sektor lainnya yakni hanya sekitar 12,9 persen pada tahun 2006 namun sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Berdasarkan data BPS, pada Bulan Februari 2007 tercatat sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 44 persen.
Ketiga, walaupun kontribusi sektor pertanian bagi output nasional masih relatif kecil dibandingkan sektor lainnya yakni hanya sekitar 12,9 persen pada tahun 2006 namun sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Berdasarkan data BPS, pada Bulan Februari 2007 tercatat sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 44 persen.
Keempat, sektor
pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor
ini terhadap guncangan struktural dari perekonomian makro. Hal ini ditunjukkan
oleh fenomena dimana sektor ini tetap mampu tumbuh positif pada saat puncak
krisis ekonomi sementara sektor ekonomi lainnya mengalami kontraksi. Saat
kondisi parah dimana terjadi resesi dengan pertumbuhan PDB negatif sepanjang
triwulan pertama 1998 sampai triwulan pertama 1999, nampak bahwa sektor
pertanian tetap bisa tumbuh dimana pada triwulan 1 dan triwulan 3 tahun 1998
pertumbuhan sektor pertanian masing-masing 11,2 persen, sedangkan pada triwulan
1 tahun 1999 tumbuh 17,5 persen. Adapun umumnya sektor nonpertanian pada
periode krisis ekonomi yang parah tersebut pertumbuhannya adalah negatif.
Mengingat pentingnya peranan sektor
pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya
kebijakan-kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta
kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam
beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya
sektor pertanian dengan menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari
strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun
kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja
dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Pengembangan
investasi di sektor pertanian diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani, serta
pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.
Sejumlah sektor pertanian
Indonesia belum menunjukkan fakta menggembirakan. Sebagian besar penduduk
miskin tinggal di wilayah pedesaan umumnya sebagai petani. Kebijakan impor
beras premium yang terus dilakukan, padahal Indonesia punya beras berkualitas
sama seperti beras Cianjur dan IR-64. Selain itu produktivitas pekerja pertanian
lebih rendah daripada pekerja industri. Pertanyaan besar bagaimana negeri
agararis sebesar Indonesia yang penduduknya gemar makan tempe, ternyata tidak
mampu menahan gejolak harga kedelai internasional?Pentingnya peran sektor
pertanian dalam pembangunan nasional mengingat 63,3 persen penduduk miskin
tinggal di perdesaan yang sebagian besar mempunyai mata pencaharian di sektor
pertanian.
Di sisi lain, masih beragamnya pengertian dan batasan tentang kemiskinan,
definisi dan metode pendekatan serta ukuran dalam memahami kemiskinan akan
berdampak sangat luas terhadap strategi dan kebijakan penanggulangan
kemiskinan.
PERANAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN
INDONESIA
Indonesia adalah negara kepulauan
yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata pencaharian penduduk
sebagian besar adalah pada sektor pertanian.
Pertanian dapat dilihat sebagai
suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
–
ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat
tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi
permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi
di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
–
Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi
pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
–
Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di
sektor-sektor ekonomi lainnya.
–
Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan
(sumber devisa).
{
KONTRIBUSI TERHADAP KESEMPATAN KERJA
Di suatu
Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di
dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau
jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor
tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sector
manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan
tenaga kerja yang tinggi.
Kalau
dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur,
pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren
yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur
kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai
perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi
jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil
peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar
peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di
bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian,
yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan
sektor-sektor ekonomi lainnya.
{
KONTRIBUSI DEVISA
Pertanian
juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat
peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut
terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia
cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara,
hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran
pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam
bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap
pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk
pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic
disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa
berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi
pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu
dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing
produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan
dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan
modal.
{
KONTRIBUSI TERHADAP PRODUKTIVITAS
Banyak orang
memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi
setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan
pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis
pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun
keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi
yang rendah ( yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara
permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau akibat
distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia.
Mungkin
sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana
pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari
industri manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier
meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia.
Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan
berarti bahwa volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju
pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di
sektor-sektor lain.
Bukan hanya
dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris
terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun
yang lalu, misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor
beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk
membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban
pemerintah yang tak bisa dihindari, karena ini bukan semata-mata hanya
menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi juga menyangkut stabilitas
nasional (ekonomi, politik, dan sosial).
Kemampuan
Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan
pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal.
Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah
iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca
buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir.
Dalam
penelitian empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah
hujan (millimeter). Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan
proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa
dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit,
berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan
kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja
(SDM), K, dan T. kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat
keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah
produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per L/petani).
Saat ini
Indonesia, terutama pada sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan
dalam negeri. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kapasitas
produksi untuk menigkatkan produktivitas pertanian.
{
PERAN DALAM EKONOMI
Seiring
dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat
dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan
masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang.
Selain
berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per
hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah
karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk
dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis
yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El
Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air
yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai
dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari
kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri.
Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan
kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang
diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati
bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur
tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur
perekonomian Indonesia.
Struktur
tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76
persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja
dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini
juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat
mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai
dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka
kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi
pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor
pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian,
seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi
petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya.
Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan
usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak
tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya
lebih menari.
Strategi
kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor
lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga
merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan,
hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan,
pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di
sektor ini.
Struktur
perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang
dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan
pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini
kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk
struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan
yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita
dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah
dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia
sampai saat sekarang ini.
Indonesia
disebut negara agraris atau pertanian karena peran pertanian masih dominan
dalam hal:
dalam hal:
*
PDB (Produk Domestik Bruto)
*
Penyerapan tenaga kerja
*
Nilai ekspor
Sesudah
melewati 5 kali Pelita (25 tahun) diharapkan Indonesia menjadi negara industri,
tetapi akibat krisis ekonomi Juni 1997, harapan tersebut jadi buyar. Bahkan
sektor pertanian sebagai salah satu penyelamat dalam perekonomian di Indonesia.
Dari ke
empat sektor produksi yaitu Pertanian, Perindustrian, Pertambangan dan
Perdagangan (jasa), yang jumlahnya 100% pada setiap tahun, maka peran sektor
pertanian dalam PDB pada tahun 1939 adalah 61%, sedangkan peran atau kontribusi
ke tiga sektor lainnya hanya 39%. Dapat dilihat bahwa peran sektor pertanian
dalam PDB makin lama makin menurun. Pada tahun 1975 hanya 32% dan pada tahun
1990 tinggal 19,6%.
Peran sektor
pertanian dalam penyerapan tenaga kerja juga makin menurun dari tahun ke tahun,
tetapi tidak secepat menurunnya seperti peran dalam PDB. Pada Tahun 1939 peran
pertanian dalam penyerapan tenaga kerja adalah 73,9% dan pada tahun 1990 masih
ada sebesar 53,4%.
Peran sektor
pertanian dalam ekspor sama halnya dengan perannya dalam PDB. Dalam ekspor pada
tahun 1928 mencapai 79%, namun peran ini cepat menurun setelah masa kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1974 peran pertanian dalam ekspor adalah 23%. Perhatikan,
bahwa di tahun 1986 peran pertanian dalam PDB hanya 25% dan dalam tenaga kerja
masih tinggi yakni 55%. Jumlah kue yang dibagi sudah sedikit, yang ikut membagi
masih banyak, karena itu timbullah kemiskinan rakyat di sektor pertanian. Pada
saat itu ada nilai ekspor pertanian sekian persen, tetapi ini tidak akan dinikmati
oleh rakyat di sektor pertanian. Ini berdampak timbulnya gap yang besar antar
sektor ekonomi. Pada era sebelum kemerdekaan peran sektor pertanian dalam PDB,
tenaga kerja dan nilai ekspor adalah masih berimbang.
Sebagai
contohnya pada tahun 1939 kontribusi pertanian adalah sebagai berikut:
• Sumbangan dalam PDB = 61%.
• Penyerapan tenaga kerja = 74%.
• Nilai ekspor hasil pertanian = 79%.
Pada era
Orde Baru, power sektor pertanian Republik Indonesia sudah lemah misalnya pada
tahun 1985 kontribusi pertanian dapat digambarkan sebagai berikut:
• Sumbangan dalam PDB = 24%.
• Penyerapan tenaga kerja = 55%.
• Nilai ekspor hasil pertanian = 23%.
Penyebab
utama merosotnya kontribusi sektor pertanian karena policy dari pemerintah
terlalu tergila-gila ke sektor manufacturing, bukan ke agroindustri. Pabrik
kapal terbang dan manufacturing lainnya memakai investasi yang sangat tinggi,
bukan mendorong kemajuan pertanian, bahkan hasil dari pertanianlah dikorbankan
kesana.
Menurunnya
peran atau kontribusi sektor pertanian dalam PDB atau dalam nilai ekspor bukan
berarti jumlah PDB sektor pertanian atau jumlah nilai ekspor pertanian menurun.
Peran sektor
pertanian dari tahun 1980 ke tahun 1990 turun (25% - 20%) = 5%, pada hal jumlah
PDB sektor Pertanian naik dari Rp.100 juta pada tahun 1980 menjadi Rp.200 juta
pada tahun 1990 (naik 100%).
PDB yang
disumbangkan oleh subsektor tanaman per-kebunan rakyat jauh lebih besar
daripada PDB tanaman perkebunan besar. Pada setiap tahun PDB dari tanaman
perkenunan rakyat tiga kali lipat lebih besar daripada PDB tanaman perkebunan
besar. Hal ini selalu terdapat kekeliruan pada masyarakat/mahasiswa, bahwa
persepsi mereka hasil tanaman perkebunan besar lebih hebat daripada hasil
tanaman perkebunan besar.
Sekali lagi
dapat dilihat bahwa peran Perkebunan Rakyat di Indonesia tiga kali lipat lebih
besar daripada peran Perkebunan Besar pada periode tahun 1990-1992. Peran
sektor pertanian dalam PDB makin lama makin menurun, pada tahun 1990 perannya
masih sebesar 21,86%, tetapi pada tahun 2004 tinggal 15,38%.
Menurunnya
peran sektor pertanian dalam PDB bukan berarti nilai PDB sektor pertanian juga
turun. Atas dasar harga berlaku, jumlah PDB sektor pertanian pada tahun 1990
adalah Rp.50.032 milyar, pada tahun 2004 adalah Rp.354.435 milyar. Menurunnya
peran sektor pertanian disebabkan begitu naiknya PDB sektor-sektor lain,
terutama sektor industri dan sektor perdagangan/jasa.
INVESTASI DI SEKTOR PERTANIAN
Dalam proses pembangunan pertanian, investasi
merupakan penggerak, mengingat kegiatan investasi yang mempunyai multiplier
efek luas dalam perekonomian, seperti peningkatan lapangan kerja, peningkatan
nilai tambah, devisa, pajak, dan lain-lain.
Keterbatasan keuangan negara menyebabkan terbatasnya
peran pemerintah dalam pembangunan
nasional, porsi terbesar diharapkan berasal dari masyarakat melalui penanaman modal (investasi/Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing).
Untuk mendorong pertumbuhan investasi diperlukan
iklim usaha yang kondusif dan prospek bisnis yang menguntungkan. Kondisi ini
sangat diperlukan bukan saja untuk menarik investor (dalam dan luar negeri),
tetapi yang lebih penting mempertahankan dan membesarkan perusahaan yang sudah
ada.
Berbagai hasil survei menunjukkan bahwa faktor utama
yang mempengaruhi lingkungan usaha/investasi antara lain adalah ketidak
stabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi, perizinan usaha,
regulasi tenaga kerja, ketersedian data dan informasi yang akurat dan masih
banyak lagi.
Sehingga Investasi merupakan
penggerak pembangunan karena investasi mempunyai multiflier efek yang sangat
luas dalam perekonomian seperti :
1. Pendorong
utama pertumbuhan otonomi daerah
2. Pemerataan
pertumbuhan Pendapatan Anggaran dalam Negeri
3. Penyerapan
Tenaga Kerja (pengangguran)
4. Pemanfaatan
Sumber Daya Alam lokal
5. Merupakan
Perekat Kesatuan dan Persatuan Bangsa
Kebutuhan
investasi di sektor pertanian tahun 2010-2014 sebesar Rp 1.360,6 trilyun (PMDN
73% dan PMA 27%).
Untuk itu diperlukan Arah dan
Strategi Kebijakan serta Ruang Lingkup Investasi Pertanian yaitu :
1. Arah
• Menciptakan
iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif
• Melakukan
promosi investasi yang intensif melalui potensi dan peluang investasi di
daerah-daerah
2. Strategi
• Pengembangan
potensi dan peluang investasi sektor pertanian di indonesia untuk meningkatkan
calon investor PMDN dan PMA.
3. Ruang
lingkup
• Melakukan
pengembangan potensi dan peluang investasi melalui koordinasi lintas instansi
daerah dan pusat.
Untuk mencapai target investasi tersebut dan selaras
dengan kebijakan otonomi, maka setiap daerah diharapkan mampu menarik sebanyak
mungkin investor yang bersedia menanamkan modalnya.
Untuk itu kepastian
ketersediaan dan kesesuaian lahan, dukungan kebijakan seperti kemudahan
perizinan dan adanya payung hukum yang jelas, sangat diperlukan guna manarik
para investor datang ke daerah-daerah yang berpotensi dan memiliki peluang
di provinsi seluruh Indonesia.
Investasi Langsung
Investasi Langsung adalah pembelian atau akuisisi saham mayoritas dalam
bisnis asing dengan cara lain dibandingkan dengan pembelian langsung saham. Hal
ini juga berarti di bidang keuangan dalam negeri, pembelian atau akuisisi saham
mayoritas atau kepentingan yang lebih kecil yang masih akan memungkinkan
kontrol aktif perusahaan.
Contoh: Membeli mesin
Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat
dapat melakukan investasi tidak terlibat secara langsung cukup dengan memegang
dalam bentuk saham dan obligasi dengan melalui perantara.
Contoh: Penelitian dan pengembangan.
Investasi di sektor
pertanian tergantung :
§ Laju pertumbuhan output
§ Tingkat
daya saing global komoditi pertanian
KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DENGAN SEKTOR INDUSTRI
MANUFAKTUR
Salah
satu penyebab krisis ekonomi yaitu terjadinya kesalahan industrialisasi yang
tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor
pertanian bertambah (+) walaupun kecil, sedangkan industri manufaktur berkurang
(-). Jepang, Taiwan dan Eropa dalam memajukan industri manufaktur diawali dengan
revolusi sektor pertanian.
Beberapa
alasan sektor pertanian harus kuat dalam proses industrialisasi, yaitu: Sektor pertanian kuat maka pangan terjamin, tidak ada lapardann kemudian kondisi sospol stabil. Dari Sudut Permintaan, bila Sektor pertanian kuat
maka pendapatan riil perkapita naik
mengakibatkan
permintaan oleh petani terhadap produk industri manufaktur naik berarti industri
manufaktur berkembang dan output industri menjadi input sektor pertanian.
Dari Sudut Penawaran, Permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh
industri manufaktur. Kelebihan
output sektor pertanian digunakan sebagai sumber investasi sektor industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.
Tetapi, Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor
pertanian dan
industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung
kepada barang impor.
KESIMPULAN
Dapat disimpukan bahwa pertanian adalah backbone
dari ketahanan pangan kita. Mengabaikan sektor ini adalah satu taruhan yang
besar. Resikonya negara ini bisa bangkrut, karena mata pencaharian dari
masyarakat indonesia adalah pertanian maka dari itu kita harus mengembangkan
sektor pertanian ini. Maka, dari itu pemerintah harus membantu sektor pertanian
agar tetap maju dan dapat berkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
– http://twoohiok.wordpress.com/2012/04/12/karangan-langkah-langkah-untuk-memajukan-sektor-pertanian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar